Pertamina: Kunci Ketahanan Energi Nasional Melalui Sustainable Aviation Fuel

Minggu, 29 September 2024 | 18:37:08 WIB

Bali – PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk mengembangkan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Keyakinan ini disampaikan oleh Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, A. Salyadi Saputra, pada panel diskusi bertajuk “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” di acara Bali International Air Show 2024, yang berlangsung pada Rabu (18/09) di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.

Salyadi menjelaskan rencana pengembangan SAF di seluruh Pertamina Grup, mencakup aspek teknologi, pendanaan, dan dukungan dari kebijakan pemerintah. Semua ini ditujukan untuk memastikan bahwa pemanfaatan SAF dapat berkembang di industri penerbangan Indonesia.

“Pertamina siap dengan SAF. Pertamina Patra Niaga telah memiliki lisensi untuk Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-Uni Eropa (RED-EU), sehingga dapat berperan sebagai pemasok SAF. Kami juga terus melakukan proses dan peningkatan di kilang untuk bertransformasi menjadi green refinery, sehingga dapat optimal dalam memproduksi SAF. Kami berharap semua ini didukung oleh elemen masyarakat, baik domestik maupun internasional, agar menjadi kepentingan bersama yang saling menguntungkan,” ungkap Salyadi.

Ia menambahkan bahwa Pertamina, sebagai Badan Usaha Milik Negara, memiliki dua peran penting: mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional dan berfungsi sebagai entitas bisnis yang harus mencapai kinerja finansial yang sehat dan berkelanjutan. Mengingat potensi bisnis SAF di industri penerbangan, Pertamina berkomitmen serius untuk mengembangkannya.

“Pertamina sudah memiliki produk Biofuel seperti B35 yang sukses diterapkan di Indonesia dan berencana untuk meningkatkannya menjadi B40 atau B50. SAF menawarkan keunggulan karena pasar Pertamina tidak hanya terbatas di dalam negeri, tetapi juga dapat menjangkau pasar global. Kami yakin memiliki keunggulan kompetitif, berkat potensi sumber daya alam yang melimpah di Indonesia,” tambahnya.

Dalam sesi panel yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyampaikan keyakinannya bahwa Pertamina memiliki potensi besar dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan di industri penerbangan melalui SAF.

Luhut percaya bahwa kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global, sangat penting untuk mengoptimalkan potensi bisnis SAF di Indonesia. Ia mengungkapkan kegembiraannya melihat kolaborasi yang terjalin antara industri di Indonesia dan negara lain, termasuk kerja sama Pertamina dengan Airbus dalam menjajaki pengembangan ekosistem SAF.

“Tidak ada satu negara yang bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, Pertamina memiliki peran penting bagi Indonesia. Kami ingin melihat keterlibatan Pertamina, tetapi itu saja tidak cukup. Kami juga mengundang negara lain dan organisasi transportasi udara, termasuk perusahaan global seperti Airbus,” jelasnya.

Luhut menekankan bahwa forum dan diskusi seperti ini sangat penting untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, serta untuk merumuskan roadmap efisien untuk bahan bakar di Indonesia dan dunia.

“Forum ini sangat penting karena kita bisa berbagi pengalaman. Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi kita dapat melakukannya bersama untuk mencapai target nol emisi pada tahun 2060,” tambahnya.

Sebagai perusahaan terdepan dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dan terus mendorong program-program yang berdampak langsung terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Upaya ini sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) dalam semua aspek bisnis dan operasional Pertamina.

Terkini