Pertamina Berkomitmen pada Transisi Energi Melalui Pengembangan Sustainable Aviation Fuel

Minggu, 29 September 2024 | 18:47:49 WIB

Bali – PT Pertamina (Persero) menyatakan keyakinannya untuk mengembangkan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Optimisme tersebut disampaikan oleh Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, A. Salyadi Saputra, dalam sesi panel bertajuk “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” pada acara Bali International Air Show 2024, yang diselenggarakan pada Rabu, 18 September, di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.

Salyadi menjelaskan rencana pengembangan SAF di seluruh Pertamina Grup, meliputi aspek teknologi, finansial, dan dukungan kebijakan pemerintah. Semua ini bertujuan untuk memastikan pemanfaatan SAF dapat berkembang dalam industri penerbangan Indonesia.

“Pertamina sudah siap dengan SAF. Dari sisi Pertamina Patra Niaga, kami sudah memiliki lisensi Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-European Union (RED-EU) untuk menjadi pemasok SAF. Selain itu, Pertamina terus melakukan upgrading kilang menjadi green refinery agar dapat memproduksi SAF secara optimal. Kami berharap dukungan dari semua elemen masyarakat, baik domestik maupun internasional, untuk menjadikan ini sebagai kepentingan bersama di masa depan,” ungkap Salyadi.

Dia menambahkan, sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina memiliki peran ganda. Pertama, mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional. Kedua, sebagai entitas bisnis yang harus memiliki kinerja finansial yang sehat dan berkelanjutan. Menyadari bahwa SAF adalah bisnis yang menjanjikan di industri penerbangan, Pertamina berkomitmen untuk mengembangkan sektor ini.

“Pertamina telah memiliki biofuel seperti B35 yang sudah sukses diterapkan di Indonesia, dan kami berencana untuk meningkatkannya menjadi B40 atau B50. Dalam konteks SAF, pasar kami tidak hanya domestik tetapi juga global, dan kami yakin akan memiliki keunggulan kompetitif berkat potensi sumber daya alam yang melimpah di Indonesia,” tutup Salyadi.

Pada sesi yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, juga mengungkapkan optimisme terhadap potensi Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan melalui SAF. Luhut percaya bahwa Indonesia memiliki potensi besar di bisnis SAF, namun kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global, sangat diperlukan. Dia menyatakan kegembiraannya atas kolaborasi yang terjalin antara industri di Indonesia dan negara lain, termasuk kerjasama Pertamina dengan Airbus untuk pengembangan ekosistem SAF di Indonesia.

“Saya yakin satu negara tidak bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, keterlibatan Pertamina sangat penting bagi Indonesia. Kami berharap Pertamina tidak hanya berperan sebagai perusahaan milik negara, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam pengembangan industri ini,” ujar Luhut.

Menurutnya, forum dan diskusi semacam ini sangat penting untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, serta memetakan langkah-langkah efisien dalam pengembangan bahan bakar di Indonesia dan dunia.

“Forum ini sangat penting, karena kita dapat berbagi pengalaman. Saya percaya Indonesia tidak dapat melakukannya sendiri, tetapi kita bisa mencapainya bersama-sama, terutama untuk mencapai target nol emisi pada tahun 2060,” jelas Luhut.

Pertamina, sebagai pemimpin dalam transisi energi, berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan mendorong program-program yang berdampak pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Semua upaya ini sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

Halaman :

Terkini