Platform Temu Ekspansi ke Vietnam dan Brunei di Tengah Larangan di Indonesia

Sabtu, 12 Oktober 2024 | 16:00:54 WIB

JAKARTA-Platform belanja diskon internasional Temu, yang dimiliki oleh PDD Holdings, mengumumkan ekspansi ke Vietnam dan Brunei sebagai bagian dari upayanya untuk memperluas operasi di Asia Tenggara. Langkah ini dilakukan setelah Indonesia baru-baru ini memutuskan untuk melarang aplikasi e-commerce yang tengah populer ini.

Di Vietnam, peluncuran Temu terpantau tergesa-gesa, dengan situs webnya hanya mendukung bahasa Inggris serta transaksi melalui kartu kredit dan Google Pay, sementara layanan pembayaran mobile terkemuka, Momo, tidak didukung. Sementara itu, di Brunei, Temu tersedia dalam bahasa Inggris dan Melayu resmi. Brunei, yang memiliki populasi lebih dari 450.000 orang, merupakan salah satu negara dengan standar hidup tertinggi di dunia, berkat sumber daya minyak dan gas yang melimpah.

Langkah ekspansi Temu ini terjadi di tengah larangan aplikasi tersebut di Indonesia, yang merupakan pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara. Larangan ini dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia untuk melindungi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan mencegah masuknya produk murah yang dapat membanjiri pasar lokal.

Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Budi Arie Setiadi, menegaskan bahwa Temu tidak terdaftar sebagai platform e-commerce di Indonesia, sehingga pihaknya menerima keluhan dari publik terkait dampak negatif aplikasi ini terhadap UMKM. 

"Kami telah menutup Temu sebagai respons terhadap keluhan dari masyarakat," ujarnya. Aplikasi ini telah diblokir di Apple App Store dan Google Play di Indonesia.

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki, menyatakan bahwa Temu merupakan ancaman yang lebih besar bagi bisnis lokal dibandingkan dengan TikTok Shop, yang berhasil mengatasi larangan belanja online di platform media sosial dengan investasi besar.

Temu juga dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi Bukalapak, salah satu pemain e-commerce terkemuka di Jakarta. Namun, Bukalapak menegaskan bahwa ketertarikan Temu belum terverifikasi dan belum dikonfirmasi oleh manajemen mereka.

Dari awal pendiriannya di Boston pada tahun 2022, Temu kini beroperasi di lebih dari 80 negara dan wilayah. Menurut data dari firma analitik web Similarweb, pada bulan September, Temu mencatat 662,5 juta kunjungan bulanan rata-rata, menjadikannya sebagai pasar online kedua terpopuler di dunia setelah Amazon yang mencatat 2,7 miliar kunjungan.

Sementara itu, Temu menghadapi tantangan dari pengawasan yang meningkat di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Washington baru-baru ini mengumumkan langkah untuk menutup celah pada aturan de minimis yang menguntungkan platform seperti Temu dan Shein, sedangkan Komisi Eropa sedang mempelajari kemungkinan pengenaan bea masuk pada barang-barang dengan nilai di bawah €150 (US$167).

Terkini