Pertamina Berupaya Kembangkan Bahan Bakar Berkelanjutan untuk Penerbangan melalui SAF

Jumat, 11 Oktober 2024 | 20:13:26 WIB

Bali - PT Pertamina (Persero) menyatakan keyakinannya dalam mengembangkan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Keyakinan ini disampaikan oleh Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, A Salyadi Saputra, pada sesi panel bertajuk “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” di Bali International Air Show 2024, yang berlangsung pada Rabu (18/09) di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.

Salyadi menjelaskan rencana pengembangan SAF di seluruh Pertamina Group, mencakup aspek teknologi, finansial, dan dukungan kebijakan pemerintah. Tujuannya adalah untuk memastikan pemanfaatan SAF berkembang di industri aviasi Indonesia.

“Pertamina sudah siap dengan SAF. Pertamina Patra Niaga telah memperoleh lisensi Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-Eropa (RED-EU) untuk menjadi pemasok SAF. Selain itu, Pertamina terus melakukan proses dan peningkatan di sisi kilang agar bisa menjadi green refinery yang optimal dalam memproduksi SAF. Kami berharap semua ini didukung oleh masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri, karena kesadaran bersama akan membuat kepentingan ini saling menguntungkan di masa depan,” ungkap Salyadi.

Ia menambahkan, sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina memiliki peran ganda. Pertama, mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional, dan kedua, sebagai entitas bisnis, Pertamina harus mampu menjaga kinerja finansial yang sehat dan berkelanjutan. Salyadi menilai SAF sebagai bisnis yang menjanjikan di industri aviasi, sehingga Pertamina serius dalam mengembangkan sektor ini.

“Pertamina telah memiliki bahan Biofuel seperti B35 yang sukses diterapkan di Indonesia, dan kami berencana untuk meningkatkannya menjadi B40 atau B50. Dari segi SAF, pasar Pertamina tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga berpotensi menjangkau pasar global. Kami yakin memiliki keunggulan kompetitif karena Indonesia kaya akan sumber daya alam,” tutup Salyadi.

Pada sesi panel yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyampaikan optimismenya mengenai potensi Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan melalui SAF.

Luhut percaya bahwa Indonesia memiliki peluang besar di bisnis SAF, namun kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global, sangat diperlukan. Ia mengungkapkan rasa senangnya melihat kolaborasi antara industri Indonesia dan negara lain, seperti kerjasama Pertamina dengan Airbus untuk mengembangkan ekosistem SAF di Indonesia.

“Saya yakin bahwa satu negara tidak bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, keberadaan Pertamina sangat penting bagi Indonesia. Kami ingin melihat keterlibatan Pertamina, tetapi itu tidak cukup. Kami juga mengundang beberapa negara lain, organisasi transportasi udara, dan perusahaan global seperti Airbus,” ujarnya.

Luhut menekankan pentingnya forum dan diskusi seperti ini. Selain untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, forum ini juga memungkinkan pemangku kepentingan untuk melihat roadmap efisiensi bahan bakar di Indonesia dan di dunia.

“Forum ini sangat penting karena kami dapat berbagi pengalaman. Saya percaya Indonesia tidak dapat melakukannya sendiri, tetapi kita bisa mencapainya bersama untuk target nol emisi pada tahun 2060,” jelasnya.

Sebagai pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan mendorong program-program yang berdampak langsung pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Semua usaha ini sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasional Pertamina.

Terkini