Pertamina Berkeyakinan pada Pertumbuhan Sustainable Aviation Fuel di Pasar Global

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:25:50 WIB

Bali - PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk mengembangkan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Keyakinan ini disampaikan oleh A Salyadi Saputra, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, dalam sesi panel bertajuk “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” di Bali International Air Show 2024, yang berlangsung pada Rabu (18/09) di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.

Salyadi menjelaskan rencana pengembangan SAF yang melibatkan aspek teknologi, keuangan, dan dukungan kebijakan pemerintah untuk memastikan pemanfaatan SAF di industri penerbangan Indonesia dapat berjalan dengan baik.

“Pertamina telah siap untuk SAF. Pertamina Patra Niaga telah mendapatkan lisensi dari Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-Eropa (RED-EU) agar dapat berperan sebagai pemasok SAF. Selain itu, kami terus melakukan peningkatan di kilang untuk bertransformasi menjadi green refinery yang mampu memproduksi SAF secara optimal. Kami berharap dukungan dari masyarakat, baik di dalam negeri maupun internasional, karena kesadaran kolektif akan membantu menciptakan manfaat bagi semua pihak di masa depan,” ungkap Salyadi.

Dia menambahkan, sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina memiliki dua peran penting: mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional dan berfungsi sebagai entitas bisnis yang berkelanjutan. Salyadi menganggap SAF sebagai peluang bisnis yang signifikan dalam industri penerbangan, sehingga Pertamina bertekad untuk mengembangkan sektor ini secara serius.

“Pertamina telah memproduksi biofuel seperti B35, yang telah berhasil diterapkan di Indonesia, dan kami berencana untuk meningkatkannya menjadi B40 atau B50. Dari segi SAF, kami yakin pasar tidak hanya terbatas di dalam negeri, tetapi juga memiliki potensi untuk menjangkau pasar global, berkat kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia,” tutup Salyadi.

Di sesi yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, juga mengekspresikan optimismenya tentang potensi Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan melalui SAF.

Luhut meyakini bahwa Indonesia memiliki peluang besar di bisnis SAF, tetapi kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global, sangat dibutuhkan. Dia menyatakan kepuasannya melihat kerjasama antara industri dalam negeri dan negara lain, seperti kolaborasi Pertamina dengan Airbus untuk membangun ekosistem SAF di Indonesia.

“Saya yakin bahwa tidak ada satu negara pun yang bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, keberadaan Pertamina sangat penting bagi Indonesia. Kami ingin melibatkan Pertamina, tetapi itu saja tidak cukup. Kami juga mengundang negara lain dan perusahaan global, termasuk organisasi transportasi udara seperti Airbus, untuk bergabung,” ujarnya.

Luhut menekankan pentingnya forum dan diskusi seperti ini. Selain berbagi pengalaman dan pengetahuan, ini juga memungkinkan semua pihak untuk mengevaluasi roadmap efisiensi bahan bakar di Indonesia dan dunia.

“Forum ini sangat penting karena memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman. Saya percaya Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi bersama-sama kita dapat mencapai target nol emisi pada tahun 2060,” jelasnya.

Sebagai pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mengembangkan program-program yang berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Semua usaha ini selaras dengan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasional Pertamina.

Terkini