Pertamina Berkomitmen Kuat untuk Maju dalam Pengembangan Sustainable Aviation Fuel di Indonesia

Senin, 07 Oktober 2024 | 20:39:41 WIB

Bali - PT Pertamina (Persero) menegaskan tekadnya untuk memajukan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh A Salyadi Saputra, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, dalam sesi panel bertajuk “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” di Bali International Air Show 2024, yang berlangsung pada Rabu (18/09) di Bandara Internasional Ngurah Rai.

Salyadi menjelaskan bahwa rencana pengembangan SAF mencakup berbagai aspek, termasuk teknologi, pendanaan, dan dukungan kebijakan pemerintah, untuk memastikan implementasi SAF dapat tumbuh di sektor penerbangan Indonesia.

“Pertamina sudah siap untuk SAF. Pertamina Patra Niaga telah mendapatkan lisensi dari Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) serta Renewable Energy Directive-Eropa (RED-EU), memungkinkan kami untuk menjadi pemasok SAF. Kami juga terus melakukan peningkatan di kilang agar dapat berfungsi sebagai green refinery yang efisien dalam memproduksi SAF. Dukungan dari masyarakat, baik domestik maupun internasional, sangat diharapkan, karena kesadaran bersama akan menciptakan manfaat yang saling menguntungkan di masa depan,” kata Salyadi.

Dia menambahkan bahwa sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina memiliki dua peran utama: membantu pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional dan menjalankan operasi bisnis yang berkelanjutan. Salyadi melihat SAF sebagai peluang bisnis yang menjanjikan di industri penerbangan, sehingga Pertamina bertekad untuk mengembangkan inisiatif ini secara serius.

“Pertamina telah berhasil dalam produksi biofuel seperti B35 yang kini diterapkan di Indonesia, dan kami berencana untuk meningkatkannya menjadi B40 atau B50. Dalam konteks SAF, kami percaya pasar kami tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga berpotensi menjangkau pasar internasional, berkat kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia,” tambah Salyadi.

Di kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyatakan optimisme mengenai potensi Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan melalui SAF.

Luhut meyakini bahwa Indonesia memiliki peluang besar dalam bisnis SAF, tetapi perlu adanya kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global. Ia juga menyampaikan kebanggaannya melihat kerjasama antara industri dalam negeri dan negara lain, seperti kolaborasi Pertamina dengan Airbus untuk mengembangkan ekosistem SAF di Indonesia.

“Saya percaya bahwa satu negara tidak bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, keberadaan Pertamina sangat penting bagi Indonesia. Kami ingin melibatkan Pertamina, tetapi itu saja tidak cukup. Kami juga mengundang negara lain serta organisasi transportasi udara dan perusahaan global seperti Airbus untuk bergabung,” ujarnya.

Luhut menekankan bahwa forum dan diskusi seperti ini sangat penting. Selain untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, forum ini juga memberikan kesempatan untuk mengevaluasi peta jalan efisiensi bahan bakar di Indonesia dan dunia.

“Forum ini sangat berarti karena memberi ruang untuk berbagi pengalaman. Saya yakin Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi bersama-sama kita bisa mencapai target nol emisi pada tahun 2060,” jelasnya.

Sebagai pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mengembangkan program-program yang berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Semua upaya ini selaras dengan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) dalam seluruh aspek bisnis dan operasional Pertamina.

Terkini