Pertamina Siap Memimpin Upaya Pengembangan SAF untuk Penerbangan yang Berkelanjutan

Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:53:53 WIB

Bali - PT Pertamina (Persero) menunjukkan komitmennya untuk memajukan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan oleh A Salyadi Saputra, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, dalam sesi panel berjudul “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” pada acara Bali International Air Show 2024, yang diadakan pada Rabu (18/09) di Bandara Internasional Ngurah Rai.

Salyadi mengungkapkan rencana pengembangan SAF yang melibatkan berbagai aspek, termasuk teknologi, pendanaan, dan dukungan kebijakan pemerintah, untuk memastikan keberlanjutan SAF di industri penerbangan Indonesia.

“Pertamina siap untuk berkontribusi pada pengembangan SAF. Pertamina Patra Niaga telah memperoleh lisensi dari Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-Eropa (RED-EU), yang memungkinkan kami berfungsi sebagai pemasok SAF. Kami juga terus meningkatkan infrastruktur kilang agar bisa menjadi green refinery yang efisien dalam memproduksi SAF. Dukungan masyarakat, baik lokal maupun internasional, sangat penting, karena kesadaran kolektif akan menciptakan manfaat bersama di masa depan,” jelas Salyadi.

Dia menambahkan bahwa sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina memiliki dua peran utama: mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional dan menjalankan bisnis yang berkelanjutan. Salyadi melihat SAF sebagai peluang bisnis yang menjanjikan di sektor penerbangan, sehingga Pertamina bertekad untuk fokus pada pengembangan inisiatif ini.

“Pertamina telah berhasil dalam produksi biofuel seperti B35 yang saat ini diterapkan di Indonesia, dan kami berencana untuk meningkatkannya menjadi B40 atau B50. Dalam konteks SAF, kami percaya bahwa pasar kami tidak hanya terbatas di dalam negeri, tetapi juga memiliki potensi besar di pasar global, berkat sumber daya alam yang melimpah di Indonesia,” tambah Salyadi.

Di sesi yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyampaikan keyakinannya tentang potensi Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan melalui SAF.

Luhut yakin bahwa Indonesia memiliki peluang besar di bisnis SAF, tetapi kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global, sangat diperlukan. Ia juga menyatakan kebanggaannya melihat kolaborasi antara industri domestik dan negara lain, seperti kerjasama Pertamina dengan Airbus untuk membangun ekosistem SAF di Indonesia.

“Saya percaya bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat melakukannya sendiri. Oleh karena itu, Pertamina sangat penting bagi Indonesia. Kami ingin melihat keterlibatan Pertamina, tetapi itu tidak cukup. Kami juga mengundang negara lain, serta organisasi transportasi udara dan perusahaan global seperti Airbus, untuk berpartisipasi,” ujarnya.

Luhut menekankan bahwa forum dan diskusi seperti ini sangat penting. Selain untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, ini juga membantu semua pihak dalam mengevaluasi roadmap efisiensi bahan bakar di Indonesia dan dunia.

“Forum ini sangat berarti karena memberi kesempatan untuk berbagi pengalaman. Saya yakin Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi bersama-sama kita bisa mencapai target nol emisi pada tahun 2060,” tambahnya.

Sebagai pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Semua upaya ini sejalan dengan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasional Pertamina.

Terkini