PLN Indonesia Power Mengimplementasikan Cofiring di PLTU Jeranjang untuk Keberlanjutan Sosial dan Ekologis

Jumat, 06 September 2024 | 15:50:13 WIB

PLN Indonesia Power (PLN IP) menunjukkan keuntungan ganda melalui program cofiring yang diterapkan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang. Selain menjadi pendorong transisi energi hijau di Indonesia, program ini juga memberikan manfaat finansial dan sosial kepada masyarakat. Ini sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Kepala Dinas ESDM Provinsi NTB, Sahdan, menjelaskan bahwa penerapan program cofiring dengan menggunakan biomassa dari sawdust di PLN Indonesia Power UBP Jeranjang tidak hanya berdampak positif pada lingkungan dan masyarakat, tetapi juga mendukung pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan target Net Zero Emission 2050 di NTB. "Program cofiring ini berkaitan erat dengan pengembangan EBT. Kami berkomitmen untuk mencapai target 2050 untuk NTB," ujar Sahdan.

Sahdan juga menambahkan bahwa penggunaan biomassa di PLTU Jeranjang dapat mendukung sektor pariwisata dengan menyediakan energi hijau yang minim emisi, yang diharapkan akan meningkatkan jumlah wisatawan ke NTB, terutama Lombok. "Program cofiring memberikan banyak manfaat, termasuk sebagai energi hijau untuk transisi energi dan keuntungan bagi masyarakat," tutup Sahdan.

Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menjelaskan bahwa biomassa sawdust dipilih sebagai sumber energi primer untuk menggantikan batubara, sebagai bagian dari komitmen PLN dalam transisi energi di Indonesia dan percepatan menuju Net Zero Emission 2060. Cofiring biomassa juga menjadi salah satu cara untuk mempercepat peningkatan bauran energi terbarukan di Indonesia. "Penggunaan biomassa di unit bisnis pembangkitan seperti PLTU berdampak pada penurunan emisi dari sektor kelistrikan, mendukung upaya PLN IP sebagai Subholding PLN dalam mencapai Net Zero Emission pada 2060," kata Edwin.

Manager Unit PLN Indonesia Power UBP Jeranjang, Yunisetya Ariwibawa, melaporkan bahwa PLTU Jeranjang memanfaatkan berbagai limbah sebagai bahan baku biomassa untuk mengurangi ketergantungan pada batubara. Limbah yang digunakan termasuk solid recovered fuel (SRF), sawdust, woodchip, dan Limbah Racik Uang Kertas (LURK). "Pada PLTU Jeranjang, kami menggunakan biomassa dari SRF, sawdust, woodchip, dan LURK. Total konsumsi biomassa hingga Agustus 2024 mencapai 15.796 ton," jelas Ariwibawa.

Program cofiring ini tidak hanya menguntungkan dari segi lingkungan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Koordinator penyedia biomassa sawdust, Mansyur, mengungkapkan bahwa PLN Indonesia Power UBP Jeranjang telah memberdayakan masyarakat sekitar PLTU untuk menyediakan biomassa dari Lombok. "Kami mengumpulkan biomassa dari seluruh Pulau Lombok, dengan ratusan ton yang dikumpulkan setiap hari. Pendapatan kami meningkat dua kali lipat, dari awalnya Rp 50 ribu per hari menjadi Rp 100 hingga 150 ribu," kata Mansyur.

Mansyur dan timnya ditargetkan untuk menyediakan 3 ribu ton sawdust dalam setahun, melibatkan sekitar 50 orang serta pihak lain dalam proses tersebut. Penyediaan sawdust ini tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru, yang berdampak positif pada perekonomian Lombok.

Selain itu, pengrajin kayu di Lombok juga merasakan manfaat dari program cofiring, karena serbuk kayu yang sebelumnya hanya dianggap limbah kini memiliki nilai ekonomi. "Kami bekerja sama dengan pengolah kayu di Lombok. Limbah serbuk kayu dari jenis sengon, jati, dan mahogani menghasilkan kalori yang baik untuk bahan baku energi," kata Mansyur.

Terkini