Program Cofiring PLN Indonesia Power di PLTU Jeranjang: Manfaat Ekonomi dan Lingkungan untuk Lombok

Jumat, 06 September 2024 | 16:15:32 WIB

PLN Indonesia Power (PLN IP) memperoleh manfaat ganda dari penerapan program cofiring di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang. Selain berperan sebagai pendorong transisi energi hijau di Indonesia, program ini juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik dari segi ekonomi maupun sosial, sesuai dengan prinsip Sustainable Development Goals (SDGs).

Kepala Dinas ESDM Provinsi NTB, Sahdan, menyatakan bahwa program cofiring yang diterapkan PLN Indonesia Power UBP Jeranjang dengan menggunakan biomassa dari sawdust memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Program ini juga mendukung pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan target Net Zero Emission 2050 di NTB. "Program cofiring ini berkaitan erat dengan pengembangan EBT, dan kami berkomitmen untuk mencapai target 2050 untuk NTB," ujar Sahdan.

Sahdan juga menambahkan bahwa penggunaan biomassa pada PLTU Jeranjang mendukung sektor pariwisata dengan menyediakan energi hijau yang rendah emisi, yang diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan ke NTB, terutama Lombok. "Program cofiring memberikan banyak manfaat, termasuk sebagai energi hijau untuk transisi energi dan manfaat langsung bagi masyarakat," tutup Sahdan.

Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menjelaskan bahwa biomassa sawdust dipilih sebagai sumber energi utama untuk menggantikan batubara. Ini adalah bagian dari komitmen PLN untuk transisi energi di Indonesia serta untuk mempercepat pencapaian Net Zero Emission pada tahun 2060. Cofiring biomassa juga merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan bauran energi terbarukan di Indonesia. "Penggunaan biomassa pada unit pembangkit seperti PLTU berkontribusi pada pengurangan emisi dari sektor kelistrikan, mendukung PLN IP dalam mencapai target Net Zero Emission 2060," kata Edwin.

Sementara itu, Manager Unit PLN Indonesia Power UBP Jeranjang, Yunisetya Ariwibawa, menyebutkan bahwa PLTU Jeranjang memanfaatkan berbagai jenis limbah sebagai bahan baku biomassa untuk mengurangi ketergantungan pada batubara. Limbah tersebut meliputi solid recovered fuel (SRF), sawdust, woodchip, dan Limbah Racik Uang Kertas (LURK). "Di PLTU Jeranjang, kami menggunakan biomassa dari SRF, sawdust, woodchip, dan LURK. Total konsumsi biomassa hingga Agustus 2024 mencapai 15.796 ton," ujar Ariwibawa.

Program cofiring ini memberikan manfaat ganda, baik untuk masyarakat maupun lingkungan. Koordinator penyedia biomassa sawdust, Mansyur, mengungkapkan bahwa PLN Indonesia Power UBP Jeranjang telah memberdayakan masyarakat sekitar PLTU untuk menyuplai biomassa dari Lombok. "Kami mengumpulkan biomassa dari seluruh Pulau Lombok, dengan ratusan ton yang diangkut setiap hari. Pendapatan kami meningkat dua kali lipat, dari Rp 50 ribu per hari menjadi Rp 100 hingga 150 ribu," kata Mansyur.

Mansyur dan timnya ditugaskan untuk menyediakan 3 ribu ton sawdust dalam setahun, melibatkan sekitar 50 orang serta pihak lain. Penyediaan sawdust ini tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat tetapi juga membuka lapangan kerja baru, yang berdampak positif pada ekonomi Lombok.

Selain itu, pengrajin kayu di Lombok juga mendapatkan manfaat dari program cofiring, karena serbuk kayu yang sebelumnya hanya dianggap limbah kini memiliki nilai ekonomi. "Kami bekerja sama dengan pengolah kayu di Lombok. Limbah serbuk kayu dari jenis sengon, jati, dan mahogani menghasilkan kalori yang baik untuk bahan baku energi," jelas Mansyur.

Terkini