PLN IP Dorong Transisi Energi Hijau Lewat Inovasi Cofiring di PLTU Bengkayang

Selasa, 20 Agustus 2024 | 17:26:26 WIB

PLN Indonesia Power (PLN IP) terus berinovasi di berbagai lini bisnis, termasuk melalui program cofiring di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Inovasi ini diwujudkan melalui Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Singkawang, yang menggunakan biomassa dari limbah serbuk gergaji atau sawdust sebagai campuran energi primer di PLTU Bengkayang, Kalimantan Barat. Program ini tidak hanya mempercepat transisi energi di Indonesia, tetapi juga membawa manfaat ganda bagi korporasi dan masyarakat sekitar yang mengalami peningkatan kesejahteraan.

Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menjelaskan bahwa biomassa sawdust dipilih sebagai salah satu sumber energi primer untuk menggantikan batubara, sebagai bagian dari komitmen PLN Group dalam mendukung transisi energi di Indonesia serta percepatan menuju Net Zero Emission pada tahun 2060. Cofiring biomassa ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.

"Dengan memanfaatkan biomassa di PLTU Bengkayang, kami berharap dapat mengurangi emisi dari sektor kelistrikan, yang merupakan bentuk dukungan PLN IP kepada pemerintah dalam mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060," ujar Edwin.

Edwin juga menambahkan bahwa uji bakar cofiring biomassa sawdust di PLTU Bengkayang ini melibatkan penggantian sebagian bahan bakar batubara dengan biomassa. Uji bakar tersebut menggunakan 250 ton biomassa atau sekitar 10% dari total pemakaian batubara harian PLTU Bengkayang.

"Kami telah berhasil melaksanakan uji bakar cofiring biomassa sawdust dengan proporsi 10% dari penggunaan batubara. Ini adalah salah satu bukti komitmen kami dalam mendukung konversi ke energi baru terbarukan," kata Edwin.

Manajer PLN IP UBP Singkawang, Slamet Muji Raharjo, mengungkapkan bahwa target produksi listrik dari biomassa di PLTU Bengkayang adalah sebesar 5.000 MW, atau sekitar 4% dari total produksi listrik tahunan PLTU tersebut.

"Setelah uji bakar cofiring sawdust ini, kami akan melanjutkan penggunaan biomassa sawdust dan sumber alternatif lainnya secara berkelanjutan," jelas Slamet.

Program cofiring ini melibatkan masyarakat setempat, termasuk kelompok Sawmill yang sebelumnya kesulitan mengelola limbah sawdust. Ketua Sawmill, Muhsinin, menyampaikan bahwa program ini telah meningkatkan produktivitas dan memberi nilai ekonomi pada limbah sawdust, yang kini dapat dijual dan diolah sebagai energi primer.

"Pekerja yang terlibat dalam ekosistem biomassa sebelumnya adalah pengangguran, dan kini mereka mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari UMK setempat. Program ini juga membantu perbaikan lingkungan dengan mengatasi limbah kayu," terang Muhsinin.

Muhsinin menambahkan bahwa program ini membawa berbagai manfaat, dari peningkatan kesejahteraan masyarakat hingga kelestarian lingkungan. Sebelumnya, PLN IP juga telah memanfaatkan limbah racik uang kertas (LRUK) sebagai bahan bakar pengganti batubara di PLTU Bengkayang, dalam kolaborasi dengan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat.

Untuk informasi lebih lanjut tentang inisiatif PLN Indonesia Power, kunjungi www.plnindonesiapower.co.id.

Terkini