Konservasi Mangrove Bandar Bakau: Inisiatif PHR Kurangi 1.268 Ton CO2Eq

Sabtu, 03 Agustus 2024 | 20:47:14 WIB

Jakarta – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional Sumatera, yang merupakan bagian dari Subholding Upstream Pertamina Wilayah Kerja Rokan, berhasil mengurangi emisi karbon hingga 1.268 Ton CO2Eq—setara dengan emisi yang dihasilkan oleh 845 mobil—melalui program konservasi kawasan mangrove di Bandar Bakau, Kota Dumai, Provinsi Riau.

"Program Konservasi Mangrove ini dimulai sejak 2022 dengan luasan awal 2,6 hektare, yang kemudian berkembang menjadi 24 hektare pada tahun 2024," ungkap Pandjie Galih Anoraga, Manager CSR PHR, pada Jumat (26/7/2024) saat menghadiri Diskusi Publik memperingati Hari Mangrove 2024 yang diselenggarakan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Republik Indonesia.

Diskusi Publik bertajuk "Mangrove for Future" tersebut diisi dengan dialog antar lembaga dan pandangan para ahli mengenai pelaksanaan rehabilitasi mangrove di Indonesia. Para pakar dari berbagai sektor membahas isu-isu terkini terkait rehabilitasi mangrove dan memberikan masukan untuk memastikan program ini berjalan secara optimal.

Kepala BRGM, Hartono Prawiraatmadja, menekankan bahwa rehabilitasi mangrove tidak hanya berfokus pada hasil jangka pendek seperti penanaman mangrove, tetapi juga pada pengelolaan jangka panjang agar manfaatnya dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

PHR menerapkan prinsip Pentahelix dalam Program Konservasi Mangrove, melibatkan berbagai sektor, termasuk pemerintah daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup, universitas, LSM, perusahaan, dan masyarakat sekitar wilayah Bandar Bakau.

"Mangrove memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Selain mengurangi emisi karbon, program konservasi mangrove juga membantu menjaga ekosistem, seperti habitat Lutung Sumatera dan Kucing Bakau yang bergantung pada mangrove," tambah Pandjie.

Selain dampak lingkungan, konservasi mangrove juga memberikan dampak positif pada perekonomian, dengan munculnya aktivitas ekonomi kreatif di sekitar kawasan mangrove, seperti coffee shop yang dikelola pemuda setempat dan mampu menghasilkan omzet hingga ratusan juta rupiah per tahun.

Dari aspek sosial budaya, ada pula aktivitas edukasi bagi generasi muda agar mereka memahami pentingnya konservasi mangrove dan manfaatnya.

"Kami berharap generasi muda dapat memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, salah satunya melalui konservasi mangrove. Upaya ini memerlukan waktu panjang dan komitmen dari semua pihak. Kami selalu terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk BRGM sebagai badan yang memfokuskan upaya konservasi mangrove ini," tutup Pandjie.

Halaman :

Terkini